Senin, 21 Desember 2015

BANGSA INI KEHILANGAN JATI DIRINYA ? (1) #rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA

DMG (TR), Jakarta - Akhir-akhir ini, kita banyak disajikan hiruk pikuk - keresahan dan "kegaduhan" di segala bidang ... yang paling ramai ya Politik dan Ekonomi, yang efeknya tentu ada juga masalah Sosial Budaya dan Keamanan.

Baru saja selesai Pilkada Serentak 2015 selesai rekapitulasi, tinggal berhitung berapa yang akan kisruh, meskipun beberapa teredam dengan gugatan PHPU MK. Baru saja selesai MKD Papa Minta Saham, yang sementara selesai ... dan menyisakan rencana balasan Pansus Freeport, setelah selesai Pansus Pelindo, yang telah "memakan korban" tersangka baru.

Korban akan terus berjatuhan ... di tengah politik penih KONFLIK dan SALING SANDERA.

Banyak sekali konflik, bahkan mungkin ini negeri konflik, saling hina dan ejek serta menghujat atas nama DEMOKRASI yang telah di-tuhan-kan. Konflik berkembang di dunia nyata dan maya, sepertinya sudah tak ada sela cerita kesejukan dan kedamaian ... seperti saat mendengarkan lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Tanah Airku ..., pada tengah malam ... menjelang akhir siaran TVRI (dulu).

Apakah bangsa kita memang seperti ini sifat dan tabiatnya? saling hina, saling tindas dan hoby berkonflik? Apakah cerita nenek moyang GEMAH RIPAH LOH JINAWI, TATA TENTREM KERTA RAHARJA hanya isapan jempol para sejarawan?

Mungkin ya? Nyatanya sekarang ini saling umpat dan saling tidak menghargai atas nama Dewa DEMOKRASI telah memenuhi alam pikiran manusia Indonesia ... Maukah terus demikian?

Kata teman saya konon Dosen di perguruan tinggi terkenal (sdan juga pernah saya dengar saat diskusi) ... Demokrasi yang kita praktekan sekarang, adalah demokrasi ala Barat ... ala liberal yang berakar dari teori konflik, yang dikembangkan oleh negara-negara di belahan bumi Utara sana dengan 4 musim. Bangsa belahan bumi Utara mengembangan teori KONFLIK dan DEMOKRASI untuk "mengatur" rivalitas memperoleh sumber daya pada musim panas saja ... kemudian cooling down pada musim-musim gugur - dingin dan mulai pada saat musim semi.
Mereka mempraktekan teori konflik maksimal pada waktu 6 bulan saja ... setelah itu cooling down.

Bagaimana prakteknya di negeri Nuswantara ini? Praktek DEMOKRASI yang hampir sepenuhnya dan bulat-bulat di adopsi dari Bangsa belahan Utara itu ... dipraktekkan selama 12 bulan ... sepanjang tahun ... "Ini harus jadi kesadaran kita bersama ... untuk selanjutnya dilawan dengan teori SINERGI ... bukan berkonflik sepanjang "musim panas" ... sepanjang tahun," tutup Dosen itu.
Benarkah?

Saya tersentak mendengarnya, inikah salah satu akar masalahnya?
Sehingga kehilangan cerita kedamaian GEMAH RIPAH LOH JINAWI, TATA TENTREM KERTA RAHARJA ... yang pasti itu wujud dari teori SINERGI yang dikisahkan Nenek Moyang kita...

Mari berefleksi dan bertanya pada batin kita ...
Apakah batin dan jati diri kita yang SINERGI, memang telah tergantikan dengan KONFLIK ?

#rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA (Eko2015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar