Kamis, 12 September 2013

Mengapa Penembakan Anggota Polri (Kembali) Terjadi ?



Jakarta-DMG. Untuk keempat kalinya kita dikejutkan dengan peristiwa penembakan terhadap anggota Polri, tiga anggota Polri gugur. Ketiganya adalah anggota berpangkat Bintara Tinggi, yang sudah banyak makan asam garam kedinasan Bhayangkara, tahu dan matang dengan keadaan organisasi Polri, sehingga sangat pantas karenanya mendapatkan penghargaan satu tingkat lebih tinggi.
Namun, apakah hanya itu ?

Pasca penembakan ketiga, sudah disebar foto 2 tersangka, namun tetap terjadi … penembakan anggota Polri terjadi lagi, kali ini bukan lagi di pinggiran Ibu Kota, namun di tengah kota … jalan protokol.
Timbul kesan bahwa para pelaku “ngledek” dan ingin menunjukkan bahwa mereka masih eksis dan (mungkin) malah terang-terangan menantang.
Mengapa Polri menjadi seperti tidak berdaya ? Siapa para pelaku ini ? sehingga berhasil “mengalahkan kesaktian” prajurit Bhayangkara ?

Di mana kedigdayaan Densus-88 atau Gegana Brimob atau Buser atau … ?
Kejadian yang berulang bahkan seperti menantang sangat membuat resah masyarakat, dan karena sudah terjadi di Ibu Kota, ini akan meresahkan Bangsa.
Jadi, harus dihentikan … ! Pasti Densus-88, Gegana Brimob dan Buser serta seluruh anggota Polri tidak tinggal diam.

Di balik peristiwa-peristiwa itu, perlu juga refleksi mendalam dari para pimpinan Polri, mengapa peristiwa penembakan kembali terjadi ? Sudah ada instruksi dan perintah dari para penggede Polri untuk mencegah agar tidak terjadi lagi, antara lain untuk meningkatkan kewaspadaan dan himbauan untuk tidak bertugas sendirian.
Ada kesan salah menyalahkan mengapa penembakan di depan KPK terjadi. Memang sangat dan bahkan terlalu mudah untuk mencari kesalahan serta kelemahan, sehingga pihak yang pada posisi paling lemahlah kemudian dipojokkan.

Sebagai warga masyarakat hanya bisa berharap, hentikan salah menyalahkan … karena semua salah, jangan habiskan energi untuk berpolemik, memenarkan diri dan menyalahkan orang lain. Lebih baik satukan segenap daya dan upaya untuk menangkap pelaku penembakan serta menghentikan korban. Di sinilah kearifan pimpinan dan penggede Polri diuji.
Ada filsuf religius berkata … ketika peristiwa dan permasalahan kembali berulang serta terjadi lagi, berarti Allah masih mengehendaki agar kita belajar lebih banyak lagi, karena konon Allah masih menilai cara mengahadapinya keliru, cara pemecahannya belum pas atau mungkin salah … atau ada kesalahan dan hal-hal rahasia lain yang ingin Allah tunjukkan lebih dalam lagi.
Sambil terus berupaya, menyatukan seluruh daya dan akal serta upaya untuk mengungkap kasus penembakan anggota Polri … rasanya memang perlu permenungan internal, merefleksikan diri … baik sebagai pribadi atau organisasi (sehingga masing-masing sadar bahwa ada yang keliru, tanpa harus menunjuk hidung kesalahan orang lain).

Harapan warga masyarakat yang mulai resah, semoga Allah memberikan pencerahan dan kekuatan kepada seluruh elemen bangsa, teramasuk Polri untuk mengungkap kasus penembakan anggota Polri ini. Amin (Eko2013)

Selasa, 03 September 2013

MISS WORLD, antara MANFAAT dan MUDHARAT

DMG-Jakarta. Sudah lama rekan saya yang polisi tidak menelpon, mungkin sedang sibuk sebelumnya … atau sedang tidak ada situasi yang krusial untuk didiskusikan. Dia bercerita tentang penyelenggaraan Miss World yang diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia, termasuk Jakarta.
Bermula dari broadcast message dari SMS dan BBM serta di social media yang menolak dengan berbagai alasan, serta berujung dan diawali secara resmi dengan konferensi pers oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menolak penyelenggaraan Miss World dengan alasan etika, tidak sesuai dengan ajaran agama karena akan mengumbar aurat serta lebih banyak mudharatnya bagi bangsa Indonesia.
Selanjutnya berduyun-duyun dan menguatlah penolakan terhadap penyelenggaraan Miss World tersebut oleh kelompok dan ormas kegamaan … bahkan juga terlihat beberapa partai politik ikut dalam aksi unjuk rasa penolakan … konon akan memebesar unjuk rasanya dari pada tanggal 6 dan 13 September ini.

Pro kontra semacam ini di negeri demokrasi besar ini memang wajar terjadi, namun yang tidak wajar, ketika memaksakan pendapat itu dengan tekanan-tekanan serta kekerasan. Mari kita lihat saja perkembangan gerakan penolakan ini, apakah berujung pada pengerasan ideologis, transaksional atau penyadaran.

Sebagai bangsa yang berjiwa besar dan beradab, kok saya lebih memilih penyadaran … olah pikir dan rasa untuk membuka wawasan dan kemudian bersikap secara bijak dan santun, namun tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa (tentu saja kepribadian Pancasila).
Ada yang bilang ada perbedaan besar antara Miss Universe dengan Miss World, persamaannya mungkin adalah sama-sama akan memilih wanita terbaik, yang berbeda adalah criteria-kriterianya.
Miss Universe mungkin arti harafiahnya “Ratu Kecantikan Dunia” … lebih berat dan cenderung pada kecantikan wajah, penampilan, kemolekan tubuh dan konon sampai ada penilaian dengan baju renang atau bikini … sehingga muncul ada kontestan yang memilih yang one piece atau two piece … pada peragaan busana renang.
Miss World … katanya, lebih condong pada budaya, hampir sama … ada juga peragaan busana. Para kontestan akan memperagakan busana hasil rancangan perancang Indonesia … (mudah-mudahan benar informasi ini ya … kalo benar, maka saya AKAN termasuk yang mendukung pelaksanaannya di Indonesia).
Karena dengan demikian, yang menentukan busana itu perancang Indonesia, maka bisa ditentukan … yang bagus-bagus dan berkepribadian Nuswantara !
Bukan mengeksploitasi tubuh yang mengarah pada pornografi serta pornoaksi, yang tentu saja sudah ada Undang-Undang yang mengatur.
Dengan memperagakan busana-busana ciptaan perancang Indonesia, juga sebagai batu uji … bagaimana karya-karya anak bangsa di bidang modeling apakah sudah berkepribadian Indonesia … akan menjadi hal yang luar biasa juga, jika menjadi ajang pengakuan juga oleh bangsa-bangsa lain untuk melihat budaya dan kepribadian adiluhung bangsa kita, tentu akan jadi promosi dan iklan gratis untuk bangsa-bangsa di dunia. Mungkin, bisa dikawinkan dengan konsep pemilihan Abang-None di Jakarta atau Mbak-Mas di Semarang … sehingga lebih bisa tereksploitisir secara positif manfaatnya.

Banyak hal yang bisa dikaji … mungkin bukan hanya manfaat sosial budaya, tapi juga manfaat ekonomi dan politik pergaulan dunia … atau mungkin masih ada kemanfaatan-kemanfaatan yang lain … yang sementara ini masih luput dari pandangan.
Hal ini menjadi tugas MNC untuk menjelaskan, sebagai bahan diskusi dan dialog untuk rekan-rekan ormas dan partai politik … mari sama-sama kita nilai dan ditimbang manfaat dan mudharat-nya, kalaupun tetap tidak atau belum setuju … kita lihat keputusan para pemangku kepentingan di NKRI ini … boleh tetap tidak dan belum setuju, namun tidak boleh anarkitis.(Eko2013)