Kamis, 31 Desember 2015

CATATAN LIBURAN AKHIR TAHUN - MENGAPA MUNCUL ISU SARA? (2)

DMG/TR, Medan - Suasana siang sampai sore kota Medan ditutupi mendung, mungkin sebentar lagi hujan. Malam ini adalah malam tahun baru 2015 ... malam ini di seluruh kota besar di Indonesia dan bahkan dunia akan merayakan old and new. 

Isue keamanan masih menjadi topik besar di penghujung tahun ini, luka mendalam serangan teror pada Natal dan tahun baru, dari penyerangan terhadap aparat sampai bom, rupanya masih menghantui negeri kita. Beberapa kali saya menerima SMS, BBM dan Email tentang itu ... intinya harus waspada.

Ketika saya konfirmasi dengan teman saya yang polisi, isue yang berkembang dari broadcast tidak ditanggapi langsung, ia hanya bilang ... "Humas Polri sudah menanggapi, tidak perlu terlalu takut ... tetap melakukan aktivitas biasa, namun sebagai manusia waspada mememang diperlukan", jawaban pintar dan diplomatis.

Menjelang akhir tahun 2015 ini, isue SARA meningkat ... sebelumnya tentang ucapan SELAMAT NATAL, kemudian ada terompet berbahan sampul Al-Quran di Jawa Tengah, kemudian diamankan juga di Tangerang. Tentu ini menyakiti dan melukai perasaan rekan-rekan Muslim. Beruntung Polri sigap ... semoga segera terungkap siapa yang membuat dan motifnya, kesengajaan atau ketidaksengajaan. Apapun, memang sudah terjadi degradasi mental dan akhlak ... bukankah dana haji dan pencetakan Al-Quran pun konon juga telah jadi sasaran korupsi juga ya?
Menyedihkan ...

Lalu, di Samarinda ... setidaknya ada spanduk dengan tulisan jelek terpapang di pagar dan JPO yang intinya mengancam aparat keamanan TNI/Polri yang dianggap kafir dan ancaman untuk menghentikan kekafiran yang berkembang saat ini. Meskipun tulisan jelek (yang memang jelek - sepertinya dengan semprot/pilok) dan kental nuansa menyebar kebenciannya melalui SARA serta teror perlu juga menjadi introspeksi dan refleksi, seperti hal yang perlu dan penting dilakukan saat peryaan old and new.

Sudah seberapa jauh kita melaksanakan ajaran agama kita masing-masing, aplikatif dan bukan hanya dibibir saja? sudahkan kita membuat keseimbangan hubungan vertikal dengan Tuhan dan horisontal dengan sesama manusia ... bagaimana kehidupan pribadi kita, kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat ... berbangsa dan bernergara kita?

Rupanya refleksinya harus kembali pada Pancasila  ... inilah yang bisa menyatukan, mentolelir perbedaan dan menyeimbangkan segala sesuatu ... MENSINERGIKAN.

Isue SARA dan terorisme serta berbagai masalah yang muncul saat ini .... adalah karena pengingkaran terhadap PANCASILA ... !!!
Mari kembali kepada pangkuan Pertiwi dengan menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam setiap hati kita ... biarkan hati kita dimerdekakan dari berbagai hal negatif ... termasuk isu SARA.
Selamat TAHUN BARU 2016 ... !!!
(Eko2016)


Minggu, 27 Desember 2015

BANGSA INI KEHILANGAN JATI DIRINYA ? - YOGYAKARTA (2) #rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA

DMG, Yogyakarta - Sudah lama saya tidak mengamati Yogyakarta, mengantar dan ikut liburan akhir tahun di Yogyakarta ... jadi ajang untuk merefleksi dan introspeksi sekaligus koreksi tentang bagaimana nilai-nilai jati diri bangsa mulai terkikis, mungkin habis? Saya berharap tidak ... dan sebagai orang yang pernah ikut merasakan Gudeg Yogya ... akan ikut mempertahankan kearifan lokal - Budaya Nuswantara dari gerusan zaman, termasuk Demokrasi Barat.

Yogyakarta, adalah benteng budaya Jawa. Sebagai pusat kerajaan Jawa - Mataram yang sampai sekarang masih bertahan dan rupanya ... mulai merasakan gerusan arus budaya baru "DEMOKRASI".
Masih ingat bagaimana gesekan Budaya Kerajaan dengan hukum positif yang dilandasi ... "semangat" demokrasi mencoba mengambil alih keistimewaan Yogyakarta, dengan "memaksakan" dilaksanakannya pemilihan Gubernur. Raja yang selama ini juga menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ... harus ikut Pilkada jika ingin tetap menjabat Gubernur ... ironi, inilah contoh konkrit bagaiman Demokrasi harus TIDAK SEPENUHNYA DITERIMA jika bertentangan dengan kearifan lokal yang "mendamaikan" serta telah mengikat masyarakat Yogyakarta.

Beruntung, sebagian besar warga Yogyakarta tetap ingin bertahan, mempertahankankan kearifan lokal - Budaya Nuswantara, mempertahankan NILAI-NILAI untuk menyatukan yang dianggap menentramkan ... yaitu Kerajaan dan Sri Sultan ... Raja sebagai junjungan pemersatu
Intiya karena kesadaran sebagai manusia Jawa yang menjujung tinggi nilai-nilai Jawa yang Adilihung ... sehingga masih bertahan ...

Saya bermimpi agar nilai-nilai ini terus dibumikan ... dan diarahkan untuk mensejaherakan lahir dan batin ... yang BELUM dan MENJAUH dari tujuannya ... karena menerapkan DEMOKRASI KONFLIK ala belahan bumi Utara ... masihkan kita ingin terus BERKONFLIK karena DEMOKRASI ala BARAT yang telah menginfiltrasi KEARIFAN LOKAL ... BUDAYA NUSWANTARA.

Mari belajar dari Yogyakarta, yang kemaren menang mengalahkan DEMOKRASI KONFLIK ... dengan sebuah kesadaran bahwa NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL ternyata LEBIH BAIK ... MENDAMAIKAN dan MENSEJAHTERAKAN ... mari berefleksi.

#rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA (Eko2015)

CATATAN LIBURAN AKHIR TAHUN - MENGAPA MACET? (1)

DMG, Yogyakarta - Keluhan liburan akhir tahun ini secara nasional nyaris sama ... macet, demikian juga di Kota Pelajar - Kota Budaya ...Yogyakarta. Sejak bendera start libur bersama dimulai arus kendaraan keluar Jakarta nyaris selama 2-3 hari tak bergerak, sepertinya melebihi cerita dan pengalaman liburan Lebaran tahun ini. Teman saya, dengan muka ditekuk menyatakan, bahwa telah mencetak rekor perjalanan Jakarta - Yogyakarta, selama 30 jam dengan kendaraan pribadi. Macet keluar Jakarta dan hal yang sama untuk masuk di setiap kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah ... yaitu macet. Terlebih ketika sudah mendekati Yogyakarta ... berduyun, antri.

Mengapa?
Sepertinya ada yang salah prediksi deh, bahkan bosnya teman saya yang polisi pun, Pak Kapolri ... menyatakan bahwa kemacetan lalu lintas liburan Natal sekarang ini "di luar dugaan". Hmm ... kalau kata teman saya staf di salah satu Kementrian Negara "aparat kurang dan tidak antisipatif".

Apa yang salah ya?
Sepertinya Polri lebih terfokus untuk mengamankan rangkaian perayaan Natal dan Tahun baru ... dengan penangkapan serta mengungkap beberapa jaringan teroris di Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah ... lalu sedikit abai tentang pengamanan arus mudik, tidak seperti Lebaran yang memang identik dengan mudik ... rupanya tradisi mudik pun sedikit bergeser terjadi pada saat Liburan. Meskipun tidak seharusnya semua dibebankan ke pihak Polri (bukan membela temen saya yang polisi lho). 

Namun, memang setidaknya harusnya ada masukan dan pertimbangan tentang ledakan arus lalu lintas ... karena adanya libur bersama. Memang seharusnya staf ... (bagian intelijen ya?) Polri sudah memberi masukan dong ya? (sudah belum?) bahwa ada lonjakan permintaan tiket ke luar Jakarta ... atau diobservasi bahwa orang-orang Jakarta akan libur dan cuti. 

Langkah kstaria Pejabat pengampu transportasi darat di kementerian Perhubungan untuk mundur, patut diacungi jempol ... dan menjadi pelajaran bersama, bahwa hal ini tidak perlu terjadi ke depannya. Budaya menunjukkan pertanggungjawaban "mundur" karena gagal dalam tugas serta tanggung jawab ... kiranya menjadi teladan untuk pejabat-pejabat yang lain, untuk MALU jika capaian tugasnya tidak mencapai target. Namun harus ada yang melakukan perbaikan ... bukan hanya mundur, lantas selesai.

Kembali pada cerita macet, ada dilaog di program WAZE (seperti google map tapi interaktif dan terkoneksi dengan para pengguna WAZE)
user1 "kenapa macet ini ...." - user2 "bangjo (lampu merah), Mas"
user1 "kok iso?" - "hijaunya hanya sebentar...." - user3 "mobil-e kebanyakan ini ... orang Jakarta semua ke Yogya". 
Seharusnya kalau Aparat sudah antisipasi ... tentu lampu Bangjo-nya sudah di-set up sehingga bisa membuat skala prioritas yang macet sebelah mana segera diurai ya ... atau ada jalur-jalur alternatif disiapkan seperti mudik Lebaran.

Benar kata teman saya di staf kementrian "... kurang antisipatif" ... masih ada arus balik dan mudik liburan tahun baru Pak ... mari kita lihat "sudah antisipatif belum ...." dan teman saya yang polisi-pun mrengut. (Eko2015)

Senin, 21 Desember 2015

BANGSA INI KEHILANGAN JATI DIRINYA ? (1) #rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA

DMG (TR), Jakarta - Akhir-akhir ini, kita banyak disajikan hiruk pikuk - keresahan dan "kegaduhan" di segala bidang ... yang paling ramai ya Politik dan Ekonomi, yang efeknya tentu ada juga masalah Sosial Budaya dan Keamanan.

Baru saja selesai Pilkada Serentak 2015 selesai rekapitulasi, tinggal berhitung berapa yang akan kisruh, meskipun beberapa teredam dengan gugatan PHPU MK. Baru saja selesai MKD Papa Minta Saham, yang sementara selesai ... dan menyisakan rencana balasan Pansus Freeport, setelah selesai Pansus Pelindo, yang telah "memakan korban" tersangka baru.

Korban akan terus berjatuhan ... di tengah politik penih KONFLIK dan SALING SANDERA.

Banyak sekali konflik, bahkan mungkin ini negeri konflik, saling hina dan ejek serta menghujat atas nama DEMOKRASI yang telah di-tuhan-kan. Konflik berkembang di dunia nyata dan maya, sepertinya sudah tak ada sela cerita kesejukan dan kedamaian ... seperti saat mendengarkan lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Tanah Airku ..., pada tengah malam ... menjelang akhir siaran TVRI (dulu).

Apakah bangsa kita memang seperti ini sifat dan tabiatnya? saling hina, saling tindas dan hoby berkonflik? Apakah cerita nenek moyang GEMAH RIPAH LOH JINAWI, TATA TENTREM KERTA RAHARJA hanya isapan jempol para sejarawan?

Mungkin ya? Nyatanya sekarang ini saling umpat dan saling tidak menghargai atas nama Dewa DEMOKRASI telah memenuhi alam pikiran manusia Indonesia ... Maukah terus demikian?

Kata teman saya konon Dosen di perguruan tinggi terkenal (sdan juga pernah saya dengar saat diskusi) ... Demokrasi yang kita praktekan sekarang, adalah demokrasi ala Barat ... ala liberal yang berakar dari teori konflik, yang dikembangkan oleh negara-negara di belahan bumi Utara sana dengan 4 musim. Bangsa belahan bumi Utara mengembangan teori KONFLIK dan DEMOKRASI untuk "mengatur" rivalitas memperoleh sumber daya pada musim panas saja ... kemudian cooling down pada musim-musim gugur - dingin dan mulai pada saat musim semi.
Mereka mempraktekan teori konflik maksimal pada waktu 6 bulan saja ... setelah itu cooling down.

Bagaimana prakteknya di negeri Nuswantara ini? Praktek DEMOKRASI yang hampir sepenuhnya dan bulat-bulat di adopsi dari Bangsa belahan Utara itu ... dipraktekkan selama 12 bulan ... sepanjang tahun ... "Ini harus jadi kesadaran kita bersama ... untuk selanjutnya dilawan dengan teori SINERGI ... bukan berkonflik sepanjang "musim panas" ... sepanjang tahun," tutup Dosen itu.
Benarkah?

Saya tersentak mendengarnya, inikah salah satu akar masalahnya?
Sehingga kehilangan cerita kedamaian GEMAH RIPAH LOH JINAWI, TATA TENTREM KERTA RAHARJA ... yang pasti itu wujud dari teori SINERGI yang dikisahkan Nenek Moyang kita...

Mari berefleksi dan bertanya pada batin kita ...
Apakah batin dan jati diri kita yang SINERGI, memang telah tergantikan dengan KONFLIK ?

#rinduDEMOKRASIalaNUSWANTARA (Eko2015)


Minggu, 20 Desember 2015

SELAMAT DATANG KPK (BARU) - HARAPAN PENEGAKAN HUKUM YANG PROFESIONAL

DMG, Jakarta - Hari ini 5 pimpinan KPK baru telah dilantik oleh Presiden Jokowi, ada kritik dan mungkin cemooh (dari yang kecewa?), namun tak jarang juga harapan besar bagi KPK baru, Jilid IV. Ulasan TV berulang-ulang menayangkan profile tokoh pimpinan KPK, dari yang katanya tidak berlatar belakang hukum dan yang kurang terkait dengan gerakan antikorupsi. Ada kalangan yang cenderung ragu dan (mungkin antipati).

Bagi saya, rakyat kecil ... yang masih tertatih menghadapi hidu, dukungan penuh harus diberikan kepada para pimpinan KPK ini ... no bodies perfect bung! Mari belajar menghargai dan menghormati sebuah proses dan keputusan para pemimpin Negara ini. Namun, tidak mengurangi sikap kritis kita terhadap kinerja mereka.

Mari kita jaga, agar pemimpin KPK tidak hobby masuk TV dan senang membuat opini, mempermainkan nasib orang bukan karena murni perbuatan orang tersebut ... namun karena syahwat politik, dan mungkin syahwat-syahwat yang lain. Baiknya fokus dengan pekerjaan pemberantasan korupsi, antara lain:
1. Pencegahan, dengan pendidikan di segala sektor, termasuk pendidikan antikorupsi usia dini ... sehingga membentuk karakter "Manusia Antikorupsi". Selain itu, membuat sistem baku yang bisa mencegah terjadinya korupsi ... sistem yang rapi dan ditaati, namun tidak menyulitkan dan seolah menjadi "jebakan" terjadinya korupsi.
2. Penindakan, dengan melakukan penegakan hukum ... tangkap dan ungkap korupsi yang besar-besar, yang akibatnya sangat menyengsarakan rakyat. Sektor pangan, pertanian, kelautan dan energi ... rasanya banyak belum terungkap.
3. Proses penegakan hukum yang adil ... jangan "senang" menyengsarakan TSK, tapi berbangga bisa menyadarkan mereka ... TSK, calo TSK atau yang ingin jadi TSK. Berbangga bisa melakukan proses hukum sesuai kitab suci hukum, KUHAP dan UU ... serta budaya berkeadilan.

Semoga, konflik-konflik yang tak perlu terjadi antara penegak hukum tak terjadi lagi ... komitmen Polri dan Jaksa harus ditekankan kembali, sama-sama dengan hati nurani yang luhur dan bersih ... untuk memperbaiki SISTEM NEGARA yang rusak ... salah satunya karena KORUPSI.
Jauhi politisasi ... biarlah hukum menjadi benar-benar TEGAK ... dan ADIL.

Selamat bekerja ya Pak, Bu .... Bhakti dan harapan rakyat menunggu!
Hidup Rakyat! (Eko2015)

Senin, 14 Desember 2015

MKD "PAPA MINTA SAHAM" - POLITIK SALING SANDERA ... BAGAIMANA AKHIRNYA? (3)

DMG, Jakarta - Bagaimana kegaduhan setelah Menko Polhukam jadi saksi dalam MKD terbuka tadi siang? Mereda kegaduhannya atau siap-siap merambat dan memanas politik eksekutif - legislatif dan hiruk pikuk Freeport kembali tergelar.

Ledakan pernyataan Pak Luhut dalam konferensi pers kemaren Jumat, terjawab sebagian dengan pernyataan-pernyataan dan jawaban Pak Luhut. Kenapa sebagian? karena saya rasa masih banyak hal yang tersembunyi, disembunyikan dan menjadi misteri.

Ribuan perntanyaan kembali berkecamuk, benarkah ini pertarungan elite politik biasa, yang sam aantara yang terlihat? ataukah ada kekuatan besar lain yang sedang memainkan "wayang" politik untuk kepentingan pihak tertentu?
Kalau dilihat secara objektif, rasanya semua pihak yang terungkap dalam "bisik-bisik" beracun, obrolan "ngrasani" yang direkam oleh Bos PT.Freeport punya dosa dan salah ... yang begitu gurih digulirkan, sebagai mesiu dan peluru ... untuk saling menghantam ... ya SALING SANDERA.

Kalau Pak SN dinyatakan bersalah melanggar etika karena pertemuan yang konon tidak selayaknya dilakukan ... tapi juga terungkap, mengapa harus ada "surat cinta" Pak SS kepada Pak Bos, bahwa ada jaminan perpanjangan kontrak dan tetap boleh mengekspor tanpa diolah dulu .... wuihhhh!
Sepertinya, keadaan menjadi berbalik ... "kesalahan" Pak SN justru mengungkap hal yang melanggar aturan oleh Pak Menteri ... meskipun Pak Luhut tidak berkomentar terhadap pertanyaan bertubi dari para anggota MKD.

Kata teman saya yang polisi, tadi siang ada unjuk rasa di Bareskrim Mabes Polri ... intinya minta pengusutan Pak SS dan Pak Bos PT. Freeport. Besok, ada unjuk rasa dari yang katanya pro Nawacita, minta pak SN mundur ... kesimpulannya, masih seru konfliknya yah ... bagaimana?

Pak Jokowi, saya rakyat kecil ... ingin tahu tindakan Bapak setelah mengetahui hal ini ... "becik ketitik ala ketara nggih Pak...!?"
(Eko2015)

Jumat, 11 Desember 2015

MKD "PAPA MINTA SAHAM" - POLITIK SALING SANDERA ... BAGAIMANA AKHIRNYA? (2)

DMG, Jakarta - Perkembangan sidang MKD kasus Ketua DPR Setya Novanto makin dinamis dan meluas, tentu saja ... makin penuh konflik serta gaduh. MKD yang semula dilakukan terbuka, pada pemeriksaan pihak terlapor dilakukan tertutup dan mengundang pro kontra di banyak kalangan. Banyak pertanyaan "Mengapa harus tertutup? Adakah yang disembunyikan ... kalau begini ujung dan akhirnya bisa ditebak !!!" demikian kata masyarakat, media dll.

Coba untuk bersikap netral, dengan situasi dan keadaan ini ... MKD yang dibuat menjadi sidang tertutup. Salahkah? rasanya masih sesuai aturan, meskipun ada desakan besar supaya gamblang terbuka. Ini seperti pertempuran antara asas legalitas hukum dengan "kebenaran masyarakat", yang mempunyai "celah" untuk dimanfaatkan atau memang dibuat untuk melindungi "azas praduga tak bersalah" agar hukum ditegakkan bukan berdasarkan opini publik yang kemudian mempengaruhi keputusan "hakim" MKD.

Atau bagaimana ? Mari kita lihat ...

Apa hasil sidang MKD terbuka kemaren? Ternyata ... menggamblangkan sesuatu (kalau yang diobrolkan itu benar, bukan sekedar rasan-rasan), namun juga membuat berbagai pihak yang disebut-sebut merasa tertuduh, disalahkan dan disangkut-sangkutkan. Apa lagi ditambah dengan media, yang memberikan "score - turus" berapa kali nama-nama disebutkan? Inikah yang diminta publik ?
Konflik makin meluas ...
Tadi, Pak Menko Polhukam melakukan konferensi pers menolak tuduhan dan opini publik, bahwa beliau dikut-ikutkan atau terikutkan pada kasus "Papa Minta Saham" dan merestui perpanjangan kontrak karya PT. Freeport. Bagaiamana ? Rasanya akan terus berkepanjangan ... meluas dan kembali "SALING SANDERA".

Tadi juga, sudah ada dua tema unjuk rasa tentang kasus MKD dan Freeport (ada unjuk rasa dari elemen masyarakat, buruh, mahasiswa dan unjuk rasa ala Tokoh Lintas Agama dengan konferensi pers).
Intinya adalah pro kontra dan perbedaan cara pandang kasus kontrak karya Freeport yang dianggap telah mengeruk kekayaan bangsa ini selama puluhan tahun.

Ternyata konflik ini akan makin panjang, belum ada terlihat ujung dan akhirnya ... kasihan kita semua.
Selama ada POLITIK SALING SANDERA ... semua punya kartu rahasia yang siap dikeluarkan sebagai senjata untuk saling menyerang dan menusuk.

Ujungnya? rakyat kecil ... melongo, makin pusing ... kapan berakhir?
Tenang, masih panjang ... "lembar, demi lembar akan dibuka .... " (meminjam istilah Bung AU).
(Eko2015)


Kamis, 10 Desember 2015

APA KABAR PILKADA SERENTAK 2015 ? (1)

DMG, Jakarta - Pelaksanaan Pilkada Serentak tanggal 9 Desember 2015, terima kasih kepada seluruh jajaran aparat keamanan, terutama Polri (termasuk kepada rekan saya yang Polisi), yang telah melakukan pengamanan, sehingga Pilkada serentak yang belum terlalu serentak itu (karena disamping baru 269 wilayah, termasuk dikurangi 5 wilayah yang batal dilaksanakan), berjalan dengan aman. Sampai sekarang, belum ada kabar-kabar yang serem tentang Pilkada, hiruk pikuknya seperti anti klimaks.

Situasi yang aman tentu bukan terjadi begitu saja, harus diapresiasi kepada semua pihak yang awal-awalnya cenderung anarkis, sampai kemaren belum ada berita-berita anarkhisme ... semoga demikian adanya. Meskipun tetap harus diwaspadai ... ada beberapa wilayah yang akan berperkara di MK, karena belum puas atau memang ada permasalahan serta anggapan "kecurangan" yang TSM (Terstruktur - Sistematis dan Masif).

Ketentuan dalam UU No.8/2015 tentang Pilkada, untuk melakukan gugatan PHPU di MK harus bersyaratkan selisih minimal 5% (atau kurang. tergantung jumlah penduduk), yang sekarang masih ada pro kontra, meskipun ... sudah ada putuisan judicial review atas pasal ketentuan itu ... yang dianggap sebagai "keadialan bersyarat" (meminjam istilah Bung Ramdhansyah di Elshuinta tadi pagi Jumat 11/12/2015).

Untuk yang mau mengajukan gugatan MK monggo, itu hak konstitusi ... namun hendaknya semakin panjangnya waktu, menjadi introspeksi terhadap kekalahan yang terjadi, meskipun kekalahan hanya kecil dan tipis, bahkan tuiipiisss sekali (seperti yang terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi ... hasil sementara seleisihnya di bawah 1%), namun inilah resiko Pemilukada Langsung ... selesih 1 suara pun akan berakibat kalah dan menang.

Yang kalah, mari berefleksi ... kenapa kekalahan itu? jangan berpikir negatif karena lawan curang, money politic dll.
Namun bukankan ini salah satu resiko pemilu langsung dengan one man one vote? ditambah tingkat ekonomi bangsa kita yang belum cukup sejahtera dan merata? serta kedewasaan politik dan demokrasi yang belum utuh? atau mungkin belum sesuai benar dengan Demokrasi Pancasila?

Yang menang, mari berefleksi juga ... syukuri, perjuangan Anda berhasil, namun jangan jumawa ... benarkah kemenangan ini wujud 100% dukungan rakyat?
Saatnya merangkul pihak Paslon yang lain, jadikan mitra untuk membangun daerah ... wujudkan kesejahteraan rakyat, jangan korupsi! Jangan khianati kepercayaan masyarakat ... jadikan jabatan Gubernur dan Bupati/Walikota sebagai amanah ... yang harus dipertanggungjawabkan!

Untuk semua ... Apapun, sudah selayaknya setelah selesai kegiatan kita perlu melakukan refleksi tentang Pilkada Serentak tahap I ini, apakah marwah dan maksud hakiki dari "serentak" itu telah tercapai? Antaranya, efisiensi anggaran dan mengurangi kegaduhan sepanjang tahun.

Benarkah sudah menghemat anggaran? Benarkah kegaduhan politik bisa dieliminir, sehingga tidak sepanjang waktu?

Selamat berefleksi dan introspeksi ...
HIDUP RAKYAT! (Eko2015)

Sabtu, 05 Desember 2015

MKD "PAPA MINTA SAHAM" - POLITIK SALING SANDERA ... BAGAIMANA AKHIRNYA? (1)

DMG, Jakarta - Sudah beberapa hari ini kita disuguhi drama MKD kasus "Papa Minta Saham", sebagai bagian dari rakyat kecil sungguh pusing melihat tayangan ini. Kapan berakhirnya kegaduhan politik ini ya? sepertinya sejak Pemilu 2014 bergulir dan pemerintahan baru terbentuk, satu per satu drama nan gaduh di semua bidang timbul tenggelam. Dari konflik KMP-KIH yang terus berlanjut sampai dualisme kepemimpinan DPR seerta dualisme-dualisme yang lain? Capek ga yah?

Benar kata teman saya yang polisi ... bahwa era sekarang ini adalah politik saling sandera. Ya, setiap orang sepertinya dianggap mempunyai dosa, dosa baru atau dosa lama ... yang terus diperhitungkan dan diadili, tinggal tunggu waktu ditimbulkan atau ditenggelamkan. Bertolak dari hipotesis kawan saya itu, ternyata memang benar adanya ... hipotesis itu sedang bekerja dan berjalan, bergulir ... menunggu waktu, siapa yang akan jadi korban, dikorbankan atau terimbas menjadi korban.

MKD yang diawali pro kontra untuk membuka "aib" rekaman, ternyata tidak berhenti mendadarkan esensi tentang ketua DPR yang bertemu dengan Bos Freeport Indonesia, namun kemudian "mengaja" para punggawa lain mejadi terlibat, yaitu nama-nama yang disebutkan berkali-kali. Benarkah mereka ikut bersalah atau ikut andil bersalah? atau rekaman itu sekedar obrolan warung kopi yang belum tentu benar?

Tapi, inilah kerajaan media ... masing-masing sepertinya telah diadili menjadi salah dan turut bersalah, atau benar dan menjadi pahlawan (tinggal mau melihat TV mana, atau baca koran yang mana).

Sebagai rakyat kecil, saya ingin bersikap dan berpikir jernih .. sejernih-jernihnya. Tidak ingin terbeban dengan drama seperti ini. Karena kebutuhan-kebutuhan untuk anak isteri saya tidak akan berjenti dengan menonton MKD. Karena bayaran anak sekolah dan beli bensin tiap hari pun harus dilakukan.
Energi pengurusan bangsa ini habis diobral untuk sesuatu yang tak jelas ... yang jelas bagi saya dan teman-teman saya adalah SALING SANDERA untuk memeperoleh KEKUASAAN.

Semoga, jadi sedikit permenungan. (Eko2015)