Rabu, 08 Agustus 2012

NEGARA "OPINI" - MEDIA WANI PIRO ... Dimana nilai kebenaran dan kesejatian ? (2)

DMG-Jakarta. Dalam Negara Opini sekarang ini, media sudah tidak lagi netral, namun sudah berwarna-warni sesuai kepentingan partai, golongan dan kepentingan tertentu.Polanya, mengeskploitasi permasalahan yang berseberangan, membahas dengan analisis sesuai kepentingan, mengadili dan mengeksplorasi kesalahan ... memperbesar kesalahan menjadi sebuah dosa besar "yang tak terampuni", sehingga harus dikucilkan dan bahkan dijadikan musuh bersama (seluruh rakyat dan bangsa Indonesia)! Di sisi lain, didorong dan dimunculkan "super hero" yang dianggap bisa menyelesaikan permasalahan dan memimpin pergerakan "memerangi" akumulasi kebencian yang sudah dijadikan musuh bersama tadi.
Berbagai media dikerahkan sehingga opini sudah tergiring ... dari kekeliruan kecil menjadi sesuatu yang sangat besar, kemudian menjadi dosa yang tidak terampunkan, yang harus dihukum bahkan (mungkin) dimusnahkan !
Masyarakat yang sedang mengalami kemunduran pegangan ideologi kebangsaan, yang belum lagi karena terlindas oleh arus super modern yang liberalis, konsumeris dan is-is yang lain yang sangat tidak sesuai dengan kepribadian aseli bangsa, tumbuh menjadi kagetan ... gumunan dan cepat menyesuaikan (adaptif) dengan kekeliruan yang menjadi benar ... menyedihkan ! "yang tudak ikut salah menjadi sangat salah dan dikucilkan" wow ..... !
Bagaimana agar Bangsa Indonesia tidak terus larut sebagai Negara "Opini" ?
Bagi Bangsa Indonesia nilai-nilai kebenaran dan kesejatian adalah PANCASILA, adalah kepribadian aseli Bangsa Indonesia, yang telah membuat Bangsa Indonsia ada dan berdiri.
Kita semua tahu nilai-nilai ini jauh pudar dari semangat yang semula, meskipun harus diakui, pelan sudah ada titik balik pasca 1998, yaitu ketika ketidakpercayaan terhadap kesaktian Pancasila runtuh ... (ditandai juga dengan hilangnya nasionalisme dan semangat-semangat kebangsaan, setidaknya 5-10 tahun acara 17-an sangat tidak menarik sepanjang waktu itu). Namun kesadaran ini masih jauh dari yang diharapkan ... buktinya, masyarakat masih cepat menjadi ajang opini dan mempercayai opini ... buktinya, masih banyak elite yang mau menggunakan kelemahan ini sebagai ajang untuk membenarkan tindakannya yang keliru menjadi dogma kebenaran ... luar binasa !!! (eko2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar