Kamis, 20 Desember 2012

Keluhan Bung "KECIK", Ada Apa dengan Nasionalisme Kita ? (wawancara tidak resmi dengan seorang Kepala Desa dari Langsa - DI.Aceh)

DMG-Jakarta. Minggu lalu, masyarakat Jakarta dikejutkan dengan aksi para Perangkat Desa di Gedung DPR RI dengan menutup jalan tol dan menjebol pagar Gedung DPR, setelah sekian lama (mungkin  terakhir jebol pada tahun 1998) pagar utama DPR jebol dan belasan ribu massa Perangkat Desa merangksak masuk sampai halaman dalam Gedung DPR. Ada apa dengan perubahan sikap para Perangkat Desa ?
Semua terkejut, apa yang tidak biasa ? karena sebetulnya, aksi Perangkat Desa Nusantara sudah terjadi beberapa kali, namun baru kali itu menutup jalan tol dan menjebol pagar DPR.

Perubahan sikap mungkin terjadi, karena sekarang ini ... tampak bukan hanya satu elemen yang melakukan aksi, setidaknya ada 3 elemen ... yaitu PPDI (Persatuan Perangkat Desa Indonesia), Parade Nusantara dan GRIB (Gerakan Rakyat Indonesia Baru). (Elemen yang terakhir adalah massa pendukung salah satu tokoh karismatik Gerindra - Prabowo Subiyanto, yang dalam berbagai survey diunggulkan menjadi Capres 2014).
DMG tidak ingin mengulas tentang bagaimana unjuk rasa itu berjalan dan berakhir dengan chaos dan Perangkat Desa didorong mundur dengan gas air mata petugas, itu hal yang biasa.
Hal yang luar biasa adalah, bagiamana ucapan dan gumanan seorang Kecik (sebutan Kepala Desa di Aceh), memandang nanar situasi unjuk rasa dan lalu lalang wakil rakyat serta orang-orang di dalam Gedung DPR.

"Jangankan Aceh, ternyata di Indonesia pun belum sejahtera, karena ternyata pemerintah pun belum bisa memberikan jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya, yang paling gampang air bersih ... belum sampai 20 persen rakyat Indonesia mendapatkan jaminan air bersih, apa lagi yang lain ...". "Saya ke sini bukan untuk meminta menjadi PNS seperti mereka, saya ingin meminta air bersih untuk rakyat saya ... rakyat Aceh".
Benarkah ? Apakah ini pembicaraan nglantur atau berdasarkan fakta ? Namun, secara serampangan saja itu ada benarnya ...

"Polisi-polisi itu, dengan gagahnya menghadang dan mengusir para Perangkat Desa yang menuntut tanggung jawab pemerintah atas jasa selama ini menjaga wilayah di Indonesia". "Kami adalah penjaga wilayah NKRI pada garis terdepan. Entah apa jadinya kalau nasionalisme kami luntur ... karena faktanya, kami tidak mendapatkan apa-apa dari pemerintah". "Saya berani bertaruh, bahwa nasionalisme kami lebih tinggi dari Bapak-Bapak Polisi itu ... mereka tidak pernah merasakan bagaimana menjaga agar Bendera Merah Putih di halaman kantor desa, tetap berkibar ... saya menjaga Sang Merah Putih dengan badan saya sendiri, bertahan ... jangan sampai berkibar bendera GAM".
Ah, miris hati saya menedengarnya ... saya harus mengangguk dalam hati ... iya, benar.

Banyak lagi guman dan gurauan yang samar-samar terdengar, saling bersahut dengan gelegar petir dan desau hujan lebat sore itu. Intinya sindiran kritis dan kritik pedas dari seorang Kecik ... semoga ini bukan pertanda mulai lunturnya nasionalisme, namun sentilan-sentilan untuk membangkitkan semangat nasionalisme yang memang harus diakui terus memudar.
Masalah Perangkat Desa harus dipandang serius, semoga ... Wakil Rakyat bisa memandang dan menyelesaikan dengan baik masalah ini ... bukan sebagai bargaining politik untuk meng-goal-kan atau tidak RUU Desa ... namun lebih pada kepentingan nasional yang lebih besar ... yaitu KESEJAHTERAAN dan NASIONALISME !!! (Eko2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar