DMG-Jakarta. Siang tadi, Kantor Komnas Ham di bilangan Jl. Latuharhari Jakarta Pusat, kedatangan puluhan mahasiswa, yang hendak mengadu dan dilanjutkan dengan konverensi pers terkait buntut kasus bentrok antara polisi dan pengunjuk rasa di Universitas Pamulang (UNPAM) beberapa waktu lalu. Mahasiswa yang menamakan diri Keluarga Besar Mahasiswa UNPAM Konsolidasi
Mahasiswa Nasional Indonesia (KBM UNPAM-KOMANDO), pimpinan Sdr. Nando (alumni UNPAM dan Aktivis 98), koordinator Sdr. Deddy (UMJ) dan Fahmi (UNPAM), diterima oleh Bapak Ridha Saleh.
Setelah mengadukan kejadian kasus bentrok di UNPAM yang terjadi antara polisi dengan pengunjuk rasa yang menolak kedatangan Wakapolri, selanjutnya mahasiswa menggelar konperensi pers.
"Penangkapan
yang telah dilakukan Poliri terhadap 11 mahasiswa UNPAM pada malam di
hari Kamis 18 Oktober 2012 semakin menunjukan jelas betapa arogansinya
Polri atas nama kekuatan hukum di benarkan tindakan penangkapan dengan
segala macam tuduhan yang berujung kepada kriminalisasi gerakan
mahasiswa mulai dari tuduhan penghasutan, pengerusakan, pengeroyokan
yang tertuang dalam pasal-pasal yang dituduhkan dan harus diakui secara
tindakan pemaksaan dalam proses BAP yang tanpa didampingi kuasa hukum.
Penangkapan
yang terjadi terhadap 11 mahasiswa UNPAM adalah bukan dalam kasus
kriminalitas melainkan penagkapan dilakukan pada saat terjadi bentrokan
antara mahasiswa UNPAM dan Polisi pada saat Mahasiswa melakukan
penolakan kedatangan Wakapolri di kampus UNPAM, dimana penolakan ini
sangat didasari dari kinerja Polri yang belakang ini lebih cenderung
arogan dan represif dalam menangani segala macam bentuk gerakan yang
mengkritisi kebijakan-kebijakan yang sangat tidak berpihak kepada
masyarakat mulai dari kasis Masuji, Bima, Ogan Ilir dan reparesifitas
terhadap gerakan aksi mahasiswa dan rakyat.
Arogan dan represif
sangat terbukti dalam melakukan penanganan terhadap sikap demokrasi di
UNPAM dikarenakan mereka dalam menghadapi demokrasi mahasiswa tidak
melakukan prosedural yang ditentukan dimana watercanon
harus
dilakukan untuk pembubaran tetapi yang terjadi di UNPAM tembakan gas air
mata, peluru karet dan peluru tajam yang diutamakan dalam menghalau
gerakan mahasiswa di UNPAM." demikian disampaikan.
Selanjutnya, mahasiswa juga menyampaikan 5 (lima) pernyataan sikap, yaitu :
1.
Bebaskan 11 Laskar Pejuang UNPAM mereka bukan kriminal mereka mahasiswa
yang menyampaikan pesan terhadap arogansi dan represif Polri yang lebih
banyak dikedepankan dalam menangani gerakan mahasiswa dan rakyat.
2.
Meminta kepada Komnas Ham bersama-sama Kuasa Hukum 11 Laskar Pejuang
UNPAM (PBHI, LBH, Kontras) untuk melakukan pengawalan proses pembebasan
terhadap 11 Laskar Pejuang UNPAM.
3. Mengencam segala macam bentuk
arogansi dan represif Polri dan tangkap serta proses hukum harus juga
berjalan kepada pelaku-pelaku Polisi yang telah melakukan penembakan dan
tindakan kekerasan penghilangan bukti hasil oprasi Feri korban
penembakan yang dinyatakan hanya terkena tusukan benda tumpul, serta
Jundi Fajrin yang menjadi korban kekerasan.
4. Menolak kekebalan hukum Polisi.
5.
Menyerukan untuk melakukan gerakan serempak diseluruh kota/kab dan
provinsi dalam melakukan gerakan solidaritas bila dalam waktu dekat 11
laskar pejuang UNPAM tidak segera dibebaskan sebagai wujud kesepakatan
seruan terhadap kejaman Polri dalam arogansi dan selalu
mengkriminalisasi gerakan mahasiswa dan rakyat dalam kesepakatan
KOMANDO.
Apakah yang sesungguhnya terjadi ?
Kasus bentrokan tersebut harus dilihat lebih mendalam, sehingga menjawab pertanyaan-pertanyaan kritik dan auto kritik ... dari sisi sikap serta tindakan mahasiswa, termasuk motif mereka ... murnikah ? bertendensikah ? Itukah sikap kolektif mahasiswa UNPAM, karena konon hasil investigasi beberapa rekan yang didukung pengakuan masyarakat sekitar ... yang unjuk rasa bukan lagi murni mahasiswa, namun ... ada beberapa yang orang yang dibayar untuk melakukan unjuk rasa (?).
Dari sisi aparat Polri ... kritik dan pil pahit harus kembali ditelan, itu pertanda polisi belum bisa menjadikan dirinya sebagai sosok yang mengedepankan dialog, negosiasi dan masih mudah terpancing ... sehingga terjadi bentrok dan menimbulkan korban. Semoga masing-masing bisa merenung dan saling merefleksikan diri ... daripada mencari pembenaran.
Sepertinya babak ini masih agak panjang ujungnya ... kita tunggu, rupanya pendewasaan dan penemuan kesejatian masih perlu pergesekan, benturan dan korban. Namun, sampai kapan ? (Eko2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar