DMG-Jakarta.Seminggu lalu, bertemu dengan teman polisi … ia baru saja diminta jadi
narasumber kegiatan diskusi, “Bro, tadi acara diskusi … banyak sekali
pertanyaan kritis tentang ideologi Pancasila dan Pemilu 2014 …”, lalu kami
terlibat pembicaraan yang sebetulnya ringan, namun saya melihat justru begitu
mendalam maknanya.
Pertama, tentang peran dan fungsi
Pancasila pasca reformasi 1998 … dengan semangat berapi-api ada seorang pemuda
yang menyampaikan bahwa TIDAK BENAR bahwa Pancasila telah kehilangan perna dan
makna sejak reformasi … Pancasila tetap menjadi dasar Negara dan pandangan
hidup bangsa Indonesia sampai sekarang … dan harus tetap dipertahankan.
Sungguh
langka, pertanyaan dan pernyataan ini … ironi yang menimbulkan inspirasi, bahwa
sebenarnya masih ada (mudah-mudahan makin banyak) anak muda yang berjiwa
Pancasila dan tetap mengharapkan Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan
hidup bangsa.
Pancasila
sejak era reformasi, tersisihkan … sangat terasa pada lema tahun pertama,
nasionalisme dan “cerita” Pancasila … jadi barang aneh yang cenderung
dihindari, karena dianggap sangat identik dengan gaya dan kekuasaan Orde Baru. Euphoria kemenangan “kebebasan” terhadap
belenggu Orba dan ideologi P4 yang dipakai penguasa untuk menggebuk lawan-lawan politiknya … berbuah gelombang balik yang
mneyedihkan terhadap nasib nasionalisme dan Pancasila. Kalau masih ingat 2-3
tahun setelah reformasi, acara Tujuhbelasan (peringatan HUT Kemerdekaan), sepi …
upacara dan perayaan yang semula sangat meriah … cenderung sepi, ya … waktu itu
masyarakat sangat antipati.
Rupaya
waktu itu, belenggu sejarah kekuasaan Orba mengajarkan kita, bagaimana
Pancasila telah diperankan sebagai ideologi struktural dengan nama P4 … namun
karena fungsinya berubah sebagai alat gebuk
maka Pancasila sebagai ideologi fungsional yang seharusnya mengakar dalam diri
pribadi manusia Indonesia dan kehidupan masyarakat tidak terjadi, malahan
perlahan tumbuh penolakan karena Pancasila – P4 menjadi ideology struktural yang
“menjajah” hati rakyat … bukan tumbuh sebagai semangat way of life di setiap hati manusia Indonesia.
Ternyata
sering gerakan Hukum dan Kehendak Alam, teori Hegel dan Dialektika … baik dalam
benak/pikiran manusia Indonesia juga termanifestasi dalam kehidupan masyarakat …
Manusia Indonesia seperti kehilangan induk, kehilangan jati diri … dan mulai
mengenang dan menyadari bahwa kita harus kembali pada peri kehidupan Pancasila.
Ya, ditengah hiruk pikuk serangan asing baik secara ideology, politik, ekonomi,
social budaya dan keamanan yang terus mendera sebagai konsekuensi globalisasi …
kita merindukan Pancasila. Terasa sekarang … terjadi polarisasi kelompok
Manusia Pancasila dengan yang berideologi lain.
Lalu
apa yang harus dilakukan ?
Interpretasi
dan penjelasan tentang Pancasila, belum ada penjelasan resmi lagi seperti zaman
Orla dan Orba. Zaman Orde Lama, katanya Pancasila dijelaskan cenderung
ke-kirian sehingga menimbulkan konflik yang bermula dari sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Zaman Orde Baru, Pancasila menjadi P4 yang diajarkan dengan sangat
baik oleh lembaga BP7 … bagus, namun kemudian karena terlalu menjadi ideologi struktural
dan menjauh dari ideologi fungsional, juga menimbulkan konflik.
Sekarang ? faktanya tidak ada (belum
ada) “penjelasan dan interpretasi resmi” tentang Pancasila … lalu bagaimana ?
sudah seharusnya kembali pada uraian tentang Pancasila pada sidang BPUPKI dan
PPKI, saat founding fathers mengali
dan membeberkan sila-sila Pancasila … mari kita baca lagi … kembalikan
Pancasila sebagai ideologi struktural dan fungsional secara imbang … sehingga
menjadi darah dan daging serta jiwa setiap Manusia Indonesia … Manusia
Indonesia = Manusia Pancasila.(Eko2013)
…. (bersambung)